Hari ini (18 Agustus 2008), kami berangkat dari Lubuk Sikaping menuju lapangan, tepatnya di daerah Batang Kundur. Namun karena kemalaman, kami baru sampai di lokais esok harinya, malamnya kami menginap di rumah keluarga Pak Buyung. Perjalanan ke lokasi butuh perjuangan tersendiri, bukan sembarang orang bisa masuk kesana. Bukan karena ada unsur mistiknya lho, tapi karena emang jalannya suuuuuaaaaaaangat susah (saking susahnya sangatnya sampai begitunya,he2....). untuk mencapai kesana, tidak bisa pake mobil, bisanya cuma motor, itupun tidak sembarang motor bisa masuk dan hanya orang yang bebar-benar ahli (biasa) saja yang berani masuk kesana. Jalan sejauh 13 km dengan naik turun dengan di sebelah kanan berupa jurang yang sangat dalam, kondisi jalan yang sangat licin plus berlobang-lobang. Selama dijalan tidak henti-hentinya aku berdoa agar kami semua diberi keselamatan. Sopir motor itu berusaha menenagkn kami sambil becanda. ”Tenang mas, saya sudah biasa kok, tenang aja. Sampai di Batangkundur nanti anak Pak Jorong (sebutan peminpin kampung disana) cantik, hilang capeknya nanti setelah lihat anak pak jorong”. Aku senyum-senyum saja sambil bertanya-tanya dalam hati, secantik apa sih anak Pak jorong itu??? Akhirnya kami pun sampai di Batang Kundur setelah melalui perjalanan selama kurang lebih 2 jam. Bayangkan....!!!!! 13 km ditempuh dalam waktu 2 jam. Biasanya kan paling cuma sekitar 15 menit. Kondisi jalan yang sangat susah memang jadi kendala. Kalau tidak karena banyak membawa beban & udah capek, rasanya mendingan jalan kaki, rasanya lebih enak dan tenang, walaupun sebenarnya jalan kaki juga susahnya minta ampyun...
Di batangkundur kami disambut oleh Pak Jorong dan anak gadisnya yang dibilang cantik tadi, emang sih, di kampung itu dia memang paling cantik, walopun sebenarnya.... ya... lumayanlah....,he2..... belakangan aku baru tahu, kalau ternyata anak pak jorong ini sudah terkenal akan ”kecantikannya” di kampung ”sebelah”. Setelah mandi & berbincang-bincang dengan Pak Jorong, aku pun istirahat, sambil merenung. ”Kok ada ya kampung di tengah-tengah hutan belantara seperti ini, belasan kilometer dari kampung lain??? Tapi kehidupan masyarakat di kampung ini sudah relatif modern, mereka sudah mengenal teknologi, seperti TV, sepeda motor, bahkan hanphone, meskipun untuk mendapatkan sinyal hanphone membutuhkan perjuangan yang sangat berat, yaitu mendaki bukit sejauh lebih dari 4 km....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar