Senin, 24 Agustus 2009

Bercermin Diri (Sebuah Renungan)

Bercermin diri...

Tatkala kudatangi sebuah cermin...
Tampak sosok yang sangat lama kukenal,
Dan sangat sering kulihat,
Namun aneh, sesungguhnya aku belum mengenal siapa yang kulihat.

Tatkala kutatap mata, nanar...
Hatiku bertanya,
Mata inikah yang akan menatap perahu kelezatan dan penuh kerinduan?
Menatap Allah, menatap Rasullulloh, menatap kekasih – kekasih Alloh kelak?
Ataukah mata ini yang akan terbeliak, melotot, meleleh, terburai menatap bara jahanam?
Akankah mata atau nikmat maksiat ini akan menyelamatkan?
Wahai mata, apa gerangan yang kau tatap selama ini?

Tatkala kutatap mulut...
Hatiku bertanya,
Apakah mulut ini yang kelak akan terdesah, penuh kerinduan, mengucap “LAAILAAHAILLALLAAH” saat malaikat maut datang menjemput?
Ataukah mulut penghangus penghancur setiap usus?
Apakah gerangan yang kau ucapkan wahai mulut yang mangap?
Berapa banyak dusta yang kau ucapkan?
Berapa banyak hati - hati yang remuk dengan pisau kata-katamu yang mengiris tajam?
Berapa banyak kata-kata semanis madu yang palsu, yang kau ucapkan untuk menipu?
Betapa jarangnya engkau jujur,
Betapa langkanya engkau menyebut nama Tuhanmu dengan tulus,
Betapa jarangnya engkau syahdu memohon agar Tuhan mengampunimu.

Tatkala kutatap wajah...
Hatiku bertanya,
Apakah wajah ini wajah yang kelak akan bercahaya, bersinar indah di syurga sana?
Ataukah wajah ini yang akan hangus legam di neraka jahanam?
Akankah wajah ini berseri – seri, bersinar cerah ketika berjumpa denganMu?
Atau wajah yang akan suram, murung karena menanggung malu yang tak terkira?
Wahai wajah,
Betapa susahnya engkau tersenyum pada saudaramu,
Betapa mudahnya engkau bermuka masam pada saudaramu,
Betapa susahnya engkau bersedih, menangis, menyesali dosa-dosamu yang tak terhingga.

Tatkala kutatap tubuhku...
Hatiku bertanya,
Apakah tubuh ini yang kelak akan penuh cahaya, bersinar, bersuka cita, bercengkrama di syurga?
Atau tubuh yang akan tercabik-cabik hancur, mendidih di dalam lahar membara jahannam, terpanggang tanpa ampun,
Derita yang tak kan pernah berakhir. Naudzubillah...
Wahai tubuh,
Berapa banyak maksiat yang kau lakukan?
Berapa banyak orang – orang yang kau dzolimi dengan tubuhmu?
Berapa banyak hamba – hamba Allah yang lemah yang kau tindas dengan kekuatanmu?
Berapa banyak pintu pertolongan yang kau acuhkan tanpa peduli, padahal engkau mampu,
Berapa banyak hak-hak yang kau rampas,

Ketika kutatap tubuh,
Seperti apakah gerangan isi hatimu?
Apakah isi hatimu sebagus kata-katamu?
Atau seburuk daki-daki yang melekat di tubuhmu?
Apakah hatimu segagah ototmu?
Atau sama dengan daun-daun yang mudah rontok?
Apakah hatimu seindah penampilanmu?
Atau sebusuk kotoranmu?

Betapa beda apa yang tampak dicermin dengan apa yang tersembunyi,
Betapa beda, beda sekali apa yang tampak dicermin dengan apa yang tersembunyi.

Oh...
Betapa kulihat selama ini hanyalah topeng belaka,
Betapa pujian yang berhambur hanyalah memuji topeng,
Betapa yang indah hanyalah topeng,
Sedangkan aku hanya seonggok sampah busuk yang terbungkus,
Aku tertipu, aku malu ya Alloh...
Aku tertipu...

Ya Allah, selamatkan kami yang hina ini...
Aamiin. Ya robbal’alamiin...

(By : Aa Gym, dengan modifikasi dan tambahan)

Minggu, 16 Agustus 2009

Kepompong Ramadhan

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Albaqoroh : 183)”

Beberapa hari lagi bulan yang sangat dinanti-nantikan akan segera tiba, yaitu bulan Ramadhan. Bulan ke-9 tahun hijriah ini merupakan bulan yang sangat istimewa, terutama bagi umat Islam. Bulan yang penuh keutamaan, pengampunan, keberkahan, dsb. Merugilah orang yang menyia-nyiakannya.

Bulan Ramadhan merupakan sebuah fase yang tepat untuk merubah diri atau metamorfosis, layaknya sebuah proses metamorfosis pada ulat. Sebelum Ramadhan mungkin diri kita sangat kotor, penuh dengan dosa-dosa yang tak terhitung jumlahnya laksana ulat yang berbulu, kotor, menjijikkan dan menakutkan. Memasuki bulan Ramadhan hendaknya kita benar – benar menjalani proses merubah diri menjadi lebih baik dengan banyak melakukan ibadah laksana ulat yang bermetamorfosis menjadi kepompong yang terlindungi dari suasana luar, dari bahaya luar, penuh konsentrasi untuk merubah diri. Setelah itu mudah-mudahan kita menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya, menjadi hamba yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, laksana kepompong yang bermetamorfosis menjadi kupu – kupu yang cantik, menari dengan gemulai, enak dipandang, terbang kesana – kemari di taman bunga bermekaran yang indah dan harum.

Mudah-mudahan kita bisa memanfaatkan bulan ini dengan sebaik – baiknya, sehingga kita semakin dekat denganNya. Ya Allah, sampaikanlah kami pada Bulan ramadhan dan beri kami kekuatan untuk selalu istiqomah berada di jalan yang engkau ridhoi... aamiin.

Teruntuk orang yang sering melewatkan bulan ramadhan dengan percuma (especially for my self).