Selasa, 06 Desember 2011

Berau dalam kenangan

Suatu daerah di Kalimantan Timur bagian utara ini bernama Berau. Mendengar nama daerah ini, mungkin belum terlalu banyak orang yang mengenal. Orang mungkin lebih banyak mengenal Balikpapan, Samarinda atau Tarakan. Padahal daerah ini merupakan daerah yang cukup kaya akan sumberdaya alam seperti batubara, minyak dan hasil hutan, serta kaya akan keindahan alamnya seperti Kepulauan Derawan dan sebagainya. Begitu juga aku, tidak terlalu banyak mengenal daerah ini, bahkan dengar pun jarang, namun takdir membawaku ke daerah ini untuk mencari nafkah selama kurang lebih 1,5 tahun.

Hari itu Kamis, 11 Februari 2010, aku berkesempatan untuk menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di bumi borneo. Ya, Alhamdulillah aku diterima untuk bekerja disalah satu perusahaan tambang batubara di berau, Kaltim. Aku senang sekali, selain karena akan melepas status sebagai “pengangguran”, aku akan pergi ke suatu daerah yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Pagi itu aku berangkat bersama 8 orang teman (kalau tidak salah), kami diterima kerja di perusahaan yang sama. Kami berangkat dari bandara Adi sucipto Yogyakarta menuju bandara sepinggan Balikpapan. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1,5 jam, akhirnya kami mendarat di bandara sepinggan. Alhamdulillah, akhirnya aku menjejakkan kaki di tanah Kalimantan. Untuk sampai ke berau, masih harus melanjutkan perjalanan udara kurang lebih 40 menit, kebanyakan merupakan pesawat kecil, atau kalau mau lewat darat biasa juga, kurang lebih 12 jam sampai berau. Waktu keberangkatan ke berau dari Balikpapan masih agak lama, kami pun bersantai dulu di bandara. Tiba2 ada sesuatu hal tidak terduga, pesawat yang akan membawa kami ke berau mengalami kecelakaan dan seluruh penerbangan maskapai itu dibatalkan. Seorang petugas yang memang bertugas mengurusi transportasi kami mencoba mencari penerbangan dari maskapai lain, namun hanya mendapatkan 3 tiket. Dengan sangat “terpaksa” sebagian dari kami harus menginap dulu di Balikpapan. Alhamdulillah aku kebagian menginap di Balikpapan. Aku memang ingin sekali jalan2 di kota ini, soalnya banyak cerita baik mengenai kota ini.

Balikpapan. Salah satu kota besar di Kaltim ini sepertinya merupakan tempat yang nyaman. Kota kaya ini cukup rapi dan bersih jika dibanding kota-kota lain di Pulau Jawa. Di kota ini ada perda larangan buang sampah di sembarang tempat, pelakunya bisa langsung di denda. Bahkan di setiap angkutan kota (disini disebut taxi) wajib menyediakan tong sampah di dalamnya, kalau tidak pemilik taxi tersebut akan di denda, tidak heran kalau kebersihan kota ini selalu terjaga, patut dijadikan contoh kota2 lainnya. Jembatan penyebrangan di kota ini juga berfungsi sesuai kegunaannya, yaitu untuk menyebrang pejalan kaki, tidak seperti di kota2 besar lainnya seperti di Jakarta, yang “beralih fungsi” menjadi tempat berjualan, mengemis, bahkan sepeda motor pun masuk ke jembatan penyebrangan. Trotoar juga relative aman dari pedagang kaki lima, sehingga pejalan kaki bias berjalan denga santai di trotoar. Saya juga tidak menemukan pengemis dan pengamen di kota ini. Ada yang bilang sih kalau ketertiban di kota ini dikarenakan tingkat kesejahteraan masyarakatnya yang relative baik, semua masyarakat punya penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut saya, sampai saat ini kota ini merupakan kota paling bersih dan tertib di Indonesia. Sayang sekali, cuma sebentar aku bisa menikmati kota ini, karena harus melanjutkan perjalanan ke tujuan utama, Berau.

Akhirnya sampai juga kami di Bandara Kalimarau, Tanjung Redeb, Berau. Bandara ini cukup kecil, pesawat yang beroperasi di bandara ini sebagian besar merupakan pesawat kecil. Namun, bandara ini sedang diperluas, sehingga tidak berapa lama lagi akan menjadi besar dan pesawat-pesawat besar pun akan masuk. Sampai di bandara, kami dijemput oleh sopir perusahaan tempat kami bekerja dan langsung dibawa ke kantor.

Cerita mengenai tetek bengek pekerjaan atau bagaimana situasi kerja di perusahaan ini sepertinya tidak usah dibahas, karena hal itu sifatnya sangat sensitive . Aku hanya ingin menceritakan sedikit dari suasana berau. Kesan pertama yang kudapat dari daerah ini adalah daerah ini merupakan daerah yang “mahal”. Ya, biaya hidup di sini sangat mahal jika dibanding dengan daerah-daerah di jawa. Untuk harga makanan bisa 2-3 kali lipat. Aku dan beberapa teman yang sudah lama tinggal di jogja tentu saja merasa kaget dengan harga makanan di sini. Mahalnya harga-harga makanan di daerah ini dikarenakan bahan bakunya yang didatangkan dari tempat yang jauh. Beruntung semua akomodasi berupa tempat tinggal dan makan kami ditanggung oleh perusahaan, kalau tidak pengeluaran bisa sangat membengkak. Bukan Cuma makanan yang mahal, tapi juga transportasi, terutama ojek. Tarif ojek disini sangat mahal, mungkin memanfaatkan banyaknya pendatang yang bekerja di daerah ini. Daerah ini juga sangat panas, namun karena dari kecil aku tinggal di Sumatra yang juga tidak kalah panasnya jadi ya tidak terlalu kaget.

Suku asli daerah ini sama seperti daerah Kalimantan lainnya, yaitu dayak. Namun katanya ada juga suku berau. Akan tetapi di daerah ini masyarakatnya sudah campuran karena banyaknya pendatang, sebagian besar pendatang tersebut berasal dari jawa timur dan Sulawesi selatan. Sebagian memang sudah lama merantau ke daerah ini (transmigrasi), sudah generasi ke-2 atau 3, sebagian lain memang pendatang baru yang memang bekerja di daerah ini seperti kami. Meskipun banyak pendatang, di daerah ini relatife aman, tidak ada konflik sosial. Kebanyakan kalau ada konflik itu antara masyarakat dengan perusahaan. Seperti pada waktu aku awal-awal bekerja, kegiatan kami di lapangan di stop oleh warga karena ingin meminta ganti rugi lahan. Setelah dilakukan perundingan dan penjelasan kepada warga akhirnya selesai juga masalahnya. Beberapa bulan kemudian di tempat lain tapi masih di perusahaan tempatku bekerja, masyarakat di sekitar lokasi tambang berbondong-bondong menuju mine office untuk demo. Intinya mereka ingin dipekerjakan di perusahaan. Terus terang, di satu sisi aku agak sepakat dengan sikap masyarakat tersebut. Kadang aku merasa bahwa aku ini seperti “penjajah”. Aku datang ke daerah orang dengan maksud bekerja, bawahanku adalah masyarakat lokal, aku lah yang ditugasi perusahaan untuk mengatur kerja mereka, menegur dan memberi sanksi kalau mereka salah, dan sebagainya. Kadang- kadang aku agak dilema juga dengan keadaan ini. Disatu sisi aku memang ditugaskan perusaan untuk itu, namun di sisi lain mereka adalah orang lokal, istilah kerennya “akamsi” (anak kampung sini), masak kita datang ke daerah orang untuk mengatur mereka, seperti penjajah saja. Benar kata orang kalau Negara ini belum benar-benar merdeka dari penjajahan. Ah, pusing mikirnya, aku berusaha professional aja, walaupun masih banyak toleransi juga.

Sepanjang sepengetahuanku selama tinggal di berau, daerah ini merupakan daerah yang relatif aman, tingkat kejahatan cukup rendah. Katanya sih kenapa daerah ini aman karena sebgian besar penduduknya bekerja dan bisa mencukupi kebutuhannya. Lapangan kerja di daerah ini masih banyak, yang penting mau saja. Dari yang kulihat sih memang begitu. Sepeda motor yang ditinggal di pinggir jalan walaupun kuncinya tergantung di motor tidak ada yang mencuri. Jangan coba-coba lakukan ini di kota-kota besar di jawa, kalau nggak mau motor melayang. Wong yang udah dikunci dan diberi banyak pengaman saja bisa hilang, apalagi yang sudah siap pakai begitu, ya seperti mengundang maling. Oya, di daerah ini juga tidak ada tukang parkir, jadi kadang kendaraan yang diparkir di pinggir jalan tidak rapi, kalaupun ada tukang parkir, mereka juga tidak memungut bayaran, mungkin sudah digaji dari pemda atau pemilik toko. Meskipun daerah ini relatif aman, ya tetap harus waspada dan hati-hati, ingat kata bang napi, “kejahatan bukan hanya karena ada niat pelaku, tapi juga karena adanya kesempatan, waspadalah-waspadalah! “ :D

Setelah kurang lebih 1,5 tahun mencari nafkah di daerah ini, tibalah saatnya aku untuk pergi. Banyak kenangan yang kudapat di daerah ini, terutama manis dan pahitnya hidup di tengah hutan bersama rekan-rekan geologist, team drilling, logging, juga rekan-rekan dari departemen lain seperti enviro, mining, geotek, project, safety, dsb. Banyak ilmu yang kudapatkan, meskipun tentu saja masih sangat-sangat kurang, mudah-mudahan aku bisa menambahnya di tempat lain. Ada hal yang paling kuingat, yaitu saat aku pertama datang, diinduksi oleh manager safety. Beliau berkata begini, “bekerja dengan baik itu infestasi”. Yang namanya investasi itu hasilnya bisa didapat dalam jangka pendek bisa juga jangka panjang. Artinya bekerjalah kalian dengan baik disini, mungkin kalian akan meraih hasilnya disini, tapi bisa juga ditempat lain setelah di sini. Ok, sip pak, mudah-mudahan aku bisa selalu bekerja dengan baik dimanapun berada. Mudah-mudahan apapun yang sudah aku dapatkan di tempat ini berguna buat kehidupanku dimasa yang akan dating, aamiin…
See you next time Berau… ^_^

Senin, 22 Agustus 2011

Wahai engkau gadis bersahaja


Aku tak tahu kapan tepatnya kenal dirimu. Tiba-tiba engkau datang dikehidupanku dan "menemani" hari- hariku.
Saat pertama bertemu, sebenarnya tidak ada sesuatu yang luar biasa. Aku melihatmu sebagai seorang gadis yang bersahaja, enak diajak ngobrol dan tampaknya gadis yang baik. Tidak ada obrolan istimewa saat itu, hanya ngobrol-ngobrol biasa saja. Namun, saat itu aku menilaimu bahwa engkau adalah gadis yang baik.
Sejak saat itu, kita sering berkomunikasi dan aku semakin mengenalmu. Dari rasa yang biasa saja menjadi sebuah kekaguman yang luar biasa. Engkau adalah gadis yang mandiri, berani dan penyayang keluarga. Ingin rasanya lebih lagi mengenal "siapakah gerangan dirimu?".
Komunikasi kita tidaklah putus meskipun dipisahkan oleh jarak dan waktu yang cukup jauh. Sebenarnya kita sempat kehilangan kontak ketika aku ditempatkan di "remote area". Tidak ada sinyal HP sama sekali. Namun hal itu tidak memutuskan komunikasi diantara kita.
Seiring berjalannya waktu, hubungan kita semakin "dekat", aku mulai mengenalmu, kelebihan dan kekuranganmu. Sebagai anak pertama, engkau memiliki sifat ingin menang, ego tinggi. kadang-kadang engkau juga cepat ngambek dan merajuk. Selain itu engkau juga manja (anak pertama kok manja sekali), juga sangat ingin diperhatikan sekali, dicuekin sedikit pasti ngambek. Dibalik sifat-sifatmu yang menyebalkan itu engkau adalah gadis yang hebat. Engkau adalah gadis yang mandiri, berani, bertanggungjawab, penyayang dan punya visi misi hidup yang luar biasa. Mempunyai mimpi-mimpi yang luar biasa pula. Ingin rasanya aku menjadi bagian dari proses dalam engkau mewujudkan mimpi-mimpimu.
Sejak kenal dirimu, hidupku jadi lebih berwarna. Mungkinkah dirimu yang dikirimkan Alloh untuk mndampingi hidupku? Itulah pertanyaan yang ada dibenakku ketika aku ingat dirimu. Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan. Itulah waktu yang telah kita lalui "bersama". Akhirnya aku menemukan jawaban dari pertanyaanku itu.
Dengan mengharap ridho Alloh dan restu kedua orang tua kita, akhirnya kukatakan kepadamu, " Maukah engkau menjadi ibu dari anak-anakku, menjadi pendamping hidupku disaat senang dan susah? Maukah engkau menjadi istriku?
(JK)

Jumat, 18 Maret 2011

Tour The Derawan & Kakaban Island

“Masak udah 1 tahun lebih kerja di Berau tapi belum pernah ke Derawan”, begitulah kira2 perkataan temanku waktu itu. Hmmm.., bener juga ya, teman-temanku yang di Jawa aja banyak yang pengen ke Derawan, namun karena jauh meraka jadi agak susah untuk datang, sedangkan aku kan lagi di Berau, nggak jauh dari Derawan, masak belum pernah ke Derawan, rugi sekali dong. Lalu aku pun mulai mencari-cari teman untuk pergi kesana, tentunya teman yang waktu cutinya bersamaan. Seorang teman pun mengusulkan Bulan Agustus untuk ke sana, sebelum puasa. Yah, masih lama, kalau terlalu lama direncanakan biasanya malah nggak jadi. Mudah-mudahan rencana ini benar-benar terlaksana.
Singkat cerita, tidak harus menunggu bulan Agustus, kami pun bersepakat untuk pergi ke Derawan waktu cuti bulan Maret ini. Pada awalnya ada 5 orang yang mau berangkat, namun karena sesuatu dan lain hal, jadi tinggal 3 orang. Padahal 5 orang ini merupakan jumlah yang pas, bahkan sangat pas. Oya, sekedar informasi, kalau mau pergi ke Derawan dengan menghemat biaya, berangkatlah 5 orang. Karena 5 orang ini jumlah maksimal penumpang dalam speedboat, walaupun cuma 1 orang bayarnya sama dengan isi 5 orang, karena speedboat di Derawan sistemnya nyewa, bukan trip reguler. 5 orang juga jumlah yang pas dalam 1 mobil sewaaan, tidak terlalu sempit, juga tidak terlalu kosong. Kecuali kalau mau bulan madu ya cukup berdua saja...:). Oke, kembali ke topik. Walopun Cuma 3 orang, tetep harus berangkat, karena kalau ditunda-tunda takutnya ntar malah nggak jadi-jadi, asal jangan berdua aja, ntar dikira bulan madu lagi, ha...ha....
Beberapa hari menjelang keberangkatan, ada sedikit masalah, temenku si Ibhe malah sakit, wah bisa batal ni rencana. Ternyata bukan cuma Ibhe yang sakit, si Aldo pun juga, katanya malarianya kambuh. Wah, bisa batal beneran ni kalau 2 orang itu sakit, nggak mungkin rasanya kesana sendirian, ntar malah plonga-plongo kaya orang bego, hilang di pulau. Waktu itu hanya bisa berharap, semoga kedua temanku itu cepat sembuh n bisa berangkat. 1 hari menjelang keberangkatan, kami pun turun ke kota. Si aldo kayanya udah sembuh, udah bisa ketawa-tawa dan katanya siap berangkat besok, lengkap dengan “peralatan tempurnya”, yaitu Nikon D-80nya, dan si ibhe pun pun walopun masih lesu katanya dia besok siap berangkat. Sip lah, jadi juga ke Derawan. :D
Ternyata masalah bukan terjadi menjelang keberangkatan aja, pas hari-H keberangkatan pun ada masalah, bahkan masalah ini hampir membuat semua rencana batal. Selasa pagi, ketika mobil yang kami sewa datang, ternyata demamnya si aldo kambuh, dia masih menggigil di atas kasurnya, padahal semalam sehat-sehat aja. Dengan perasaan kecewa, kamipun mempersilahkan mobil yang telah kami sewa untuk pergi, mungkin nanti dihubungi lagi kalau jadi berangkat. Kembali ke aldo, dia memang habis sakit malaria gara2 mapping, tapi udah sembuh bahkan sudah pulang dari mapping lagi. Mungkin yang kemaren belum benar-benar sembuh, jadi masih suka kambuhan. Kali ini sepertinya dia benar-benar nggak bisa berangkat, dia malah menyuruh kami berangkat berdua saja, plus minjemin kameranya untuk kami pake. Si ibhe nggak mau, daripada berangkat berdua lebih baik nggak usah sekalian aja katanya. Kalau aku sih sebenarnya nggak masalah berangkat berdua. Tapi yo weslah, mungkin kali ini memang belum waktunya. Terpikir apa yang harus kulakukan 3 hari di tanjung redeb, soalnya tiket pulang sudah terlanjur dipesankan hari jum’at, betapa membosankannya 3 hari kedepan. Si aldo akhirnya dibawa ke klinik perusahaan untuk pengobatan. Kata dokter, aldo harus benar2 istirahat dulu biar sakitnya cepat sembuh, jadi dia tidak boleh pergi-pergi dulu katanya. Wah, 3 hari ke depan benar-benar akan menjadi hari yang membosankan.
Tiba-tiba keajaiban datang, kira-kira selepas dzuhur si aldo nampak sehat, apalagi setelah makan bakso, bahkan diapun mengajak untuk berangkat sore harinya. Dengan perasaan kaget bercampur senang, aku menanyakan apakah si aldo benar-benar kuat berangkat, takut terjadi apa-apa nantinya. Dia pun meyakinkan kalau dia banar-benar kuat, mungkin dengan berangkat ke Derawan malah sembuh. Okelah kalau begitu, berangkaaaaatttt....!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Perjalanan darat selama + 2 jam terasa sangat melelahkan, apalagi jalan dari Tanjung Redeb ke Lati banyak yang berlubang, naik turun pula. Negeri yang kaya sumberdaya alam kok jalan utamanya banyak berlubang. Untungnya, dari lati ke Tanjung Batu cukup bagus, bahkan sangat bagus kalau dibanding jalan2 lain di Berau. Kata sopirnya sih jalanannya masih baru, selain itu juga jarang kendaraan berat yang lewat, makanya jalannya masih relatif mulus. Sampai di Tanjung Batu, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan speedboat kecil. Perjalanan ini memakan waktu + 30 menit. Ah, menyenangkan sekali sore-sore menyebrangi lautan naik speedboat, walaupun jadi gosong... Derawan... I’m coming...
Ini dia kenampakan Pulau Derawan...



Saking asyiknya menikmati pemandangan laut, 30 menit terasa begitu cepat, pulau Derawan pun sudah ada di depan mata. Ah, akhirnya kesampean juga menginjakkan kaki di Pulau Derawan, walaupun awalnya hampir dibatalkan. Sesampai di Derawan sudah sore, jadi kami langsung mencari penginapan, cari yang murah meriah saja. Untungnya kami ke sini bukan pas waktu liburan, jadi penginapan banyak yang kosong, kalau pas liburan biasanya penuh, harus pesan jauh2 hari sebelumnya. Oya, karena bukan hari libur, nampaknya wisatawan lokal yang menginap di resort ini cuma kami bertiga, yang lain bule semua. Ah, istirahat dulu, persiapan buat besok...

Pagi pertama di Derawan, kami sudah siap-siap sejak pagi, apalagi si aldo yang mau hunting foto sunrise. Pagi-pagi jalan di pantai asyik juga, udara pagi bikin suegerrr... setelah sekitar setengah jam menunggu, ternyata indahnya sunrise gagal kami lihat, dikarenakan awan kelabu yang menggayungi langit Derawan, mentari pun malu-malu menampakkan wajahnya. Bahkan setelah itu bumi Derawan pun diguyur hujan. Karena tempatnya emang sudah indah, walaupun mendung ya tetep saja indah, so sesi foto-foto pun berlanjut... :D. Siang sampai sore, diisi dengan bermain-main di pantai dengan anak-anak, diving, snorkling, bermain dengan penyu. Ah, indahnya alam bawah laut.
ni foto-foto di sekitar derawan...


pagi hari di derawan...


menyusuri pantai...


berfoto dengan akamsi (anak kampung sini)


alam bawah laut...




Seorang teman mengatakan, rugi kalau udah ke Derawan tapi nggak ke pulau-pulau disekitarnya. Di sekitar Pulau Derawan ini terdapat pulau-pulau lainnya yang nggak kalah eksotis, seperti Pulau Maratua, Sangalaki dan Kakaban. Ketiga pulau tersebut memiliki ciri khas keindahannya sendiri-sendiri. Pengennya sih mendatangi semuanya, tapi karena waktu yang terbatas, kami memutuskan untuk mengunjungi Pulau Kakaban saja. Pulau Kakaban ini terkenal indah akan pantainya, dibawah lautnya terdapat terumbu karang yang sangat indah, cocok buat diving atau snorkling. Namun, yang tidak ada duanya, ditengah-tengah pulau Kakaban ini terdapat sebuah danau air asin yang di dalamnya banyak terdapat ubur-ubur. Yang lebih unik lagi, ubur-ubur di Danau Kakaban ini tidak menyengat (nyetrum). Ubur-ubur yang tidak menyengat ini hanya ada di 2 tempat di dunia, satu di Kakaban ini dan satunya lagi di Republik Palau, Kepulauan Pasifik. Wah, benar-benar mengagumkan, tidak sabar rasanya menjadi temannya spongebob, berburu ubur-ubur...
Masalah ternyata bukan Cuma sebelum pemberangkatan, tapi ketika sudah sampai di Derawan pun rasanya masalah belum mau juga beranjak. Kali ini masalahnya berhubungan dengan budjet alias money. Karena ada beberapa kegiatan di luar rencana, uang tunai kami sudah menipis, dan di sini nggak ada ATM. Dapat pelajaran lagi, kalau pergi berwisata ke daerah yang tidak tersedia Bank atau ATM, jangan bawa uang tunai yang benar-benar mepet, siapa tahu terjadi hal-hal yang di luar dugaan. Keberangkatan ke Kakaban pun terancam batal, wah rugi deh. Setelah diatur2 budjetnya, akhirnya diputuskan untuk tetap pergi ke Kakaban dengan mengorbankan anggaran transport pulang. Transport pulang bisa dibayar di Tanjung Redeb nanti, disana kan udah ada ATM, sip lah. Rencana besok untuk pergi ke Pulau Kakaban pun sudah beres. Pagi hari, saat aku akan jalan-jalan lihat sunrise, sepertinya penyakitnya si aldo kambuh, dia kembali menggigil seperti ketika akan berangkat ke sini 2 hari lalu. Wah, terancam gagal lagi ni rencana ke Pulau Kakaban. Namun menjelang siang dia sudah agak baikan dan siap berangkat lagi, penyakit yang aneh.
Oya, di atas aku sudah nulis kalau di tempat ini banyak bulenya. Tiba-tiba terbersit ide cerdas untuk mengatasi masalah keuangan kami. Eits, bukan mau ngutang lho, apalagi nyuri bule-bule itu. Begini ceritanya. Kebetulan sehari sebelumnya ada sepasang bule yang baru datang, mereka cukup ramah. Pagi ini sambil minum teh, kami sedikit basa-basi ngobrol dengan mereka. Setelah itu baru ke pokok permasalahan. Kami menanyakan apakah hari ini mereka ada acara, mereka bilang hari ini mereka mau snorkling aja. Wah, kebetulan ni, lalu kami tawarkan untuk bersama-sama ke Kakaban dengan patungan biaya transportnya. Mereka setuju, bahkan sangat senang sekali ketika kami akan pergi ke Kakaban, ternyata mereka sudah cukup tahu info tentang Pulau Kakaban dengan danau dan ubur-uburnya. Amazing, katanya. Okelah kalau begitu, mari bersiap-siap.
Sambil menunggu speedboat dan makanan, aku bercerita-cerita dengan salah satu bule itu, tentunya dengan bahasa inggrisku yang amburadul, nggak tau dia paham apa nggak yang aku omongin, he...he... Oya, bule2 itu merupakan sepasang kekasih dari London, Inggris, namanya James & Amy. Mereka berumur 28 & 29 tahun, masih cukup muda. Hal yang sangat menarik dari cerita si James adalah bahwa mereka berdua liburan selama 7 bulan, hampir keliling dunia. Dimulai pada Bulan Januari, mereka memasuki asia barat, asia timur, lalu ke asia tenggara, habis dari Indonesia ini katanya langsung keTimor Leste, Australia, New Zealand dan terakhir Amerika, baru pulang ke Inggris pada Bulan Juli nanti. Benar-benar perjalanan panjang yang menyenangkan. Kapan ya bisa seperti mereka, wong diriku Indonesia aja belum khatam. Persiapan mereka mulai dari nabung dan segala macemnya itu katanya sekitar6-7 tahun. Wih, lama juga ya. Bule2 kalau mau liburan emang nggak nanggung2. Bagi mereka liburan ke luar negri itu sudah seperti kebutuhan pokok, jadi bener2 dipersiapkan secara matang. Kadang tidak peduli berapa banyak uang habis buat liburan, yang penting happy-happy. Seperti kata bule lain yang tinggal di sebelah kamar kami, dia bilang kalau liburan tapi masih mikirin takut uang habis atau apalah, mending nggak usah liburan sekalian. Kalau liburan ya liburan, lupakan masalah uang, nanti setelah pulang dari liburan baru mikir uang, kerja lagi cari uang, begete katanya.Hmmm, kayanya boleh juga tu prinsip si bule, he...he... Kembali ke si James tadi. Katanya dia sangat kagum pada Indonesia, alamnya yang indah, masyarakatnya yang ramah, biaya hidup yang relatif murah, dsb. Tidak seperti London, yang sumpek, macet, bising dan banyak polusi. “Indonesia is my favorite country, Indonesian people is very friendly”, begitulah kira-kira ucapannya waktu itu. Ya begitulah james, karena alamnya indah dan kaya, dari dulu sampai sekarang Indonesia jadi sasaran penjajah, karena orangnya terlalu ramah, walaupun kekayaan alam Indonesia dijarah bangsa lain, orang indonesia masih terlihat sumringah, walaupun sebenarnya sudah nangis darah, kelakuan pejabat-pejabatnya bikin pengen muntah. Ah, negeri ini emang negri para bedebah. Sebagai orang Inggris tentu saja James dan Amy menyukai sepakbola. Mereka menyukai klub-klub London karena mereka emang orang London. Si James merupakan fans berat Tottenham Hotspurs. Makanya ketika mendengar bahwa Spurs melaju ke perempat final Liga Champion dengan menyingkirkan AC Milan, dia sangat senang sekali. Sedangkan si Amy merupakan fans The Blues, Chelsea, sama kaya aku dong, he...he... setelah dari Derawan ini mereka katanya mau langsung ke Surabaya, Bali, Lombok, Pulau Komodo, baru ke Negara lain. Sebenarnya mereka ingin sekali pergi ke Sumatra, namun karena waktunya terbatas terpaksa ditunda dulu. May be nextime katanya. Okelah james, see you next time in Sumatra... See you next time in London...
Setelah semuanya beres, kami pun akhirnya meluncur ke Pulau Kakaban. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 1 jam. 1 jam yang terasa lama, mungkin karena ingin cepat-cepat sampai jadinya terasa lama. Kira-kira 100 meter sebelum sampai Pulau Kakaban, terlihat betapa indahnya pulau itu, pantai dengan pasir putih, laut jernih yang banyak terdapat terumbu karang dan ikan, benar-benar indah ciptaanMu ini Ya Khalik. Tak henti-hentinya aku berdecak kagum, seindah-indahnya pantai di Jawa yang pernah aku kunjungi, rasanya kalau dibandingkan pantai di Kepulauan Derawan ini nggak ada apa-apanya. Pantai-pantai disini benar-benar bersih, asli dan eksotis. Bule2 itu juga tidak henti-hentinya berdecak kagum terhadap keindahan Kepulauan Derawan. Amazing, wonderful, exellent, itulah kata-kata yang sering mereka ucapkan. Sampai di Pulau Kakaban, kami langsung fokus pada tujuan utama, yaitu membantu spongebob berburu ubur-ubur, ha..ha... untuk pergi ke danau, kita harus menaiki tangga yang sudah disediakan. Kira2 jalan kaki 5 menit, kami pun sudah sampai di tempat yang sangat indah ini, danau Kakaban. Ayo spongebob dan patrick, kita berburu ubur-ubur!!!!!!
Meskipun belum puas dan memang tidak akan pernah puas, terpaksa kami meninggalkan danau dan ubur-uburnya. Menikmati pantai dan pemandangan lautnya, sayang ada yang agak “annoying” sedikit, 5 bule pada berjemur, he...he... agak heran juga kenapa bule-bule itu seneng banget berjemur, padahal cuaca lagi puanas banget. Dengan berat hati Pulau Kakaban pun kami tinggalkan dengan berjuta kesan yang mendalam terhadap pulau ini, see you next time Kakaban...
Ni dia penampakan kakaban dai isinya....



makan2 dulu...


bermain dengan ubur-ubur...


tangkap lagi..




puas setelah melihat alam bawah laut...



Waktu 2 hari memang bukan waktu yang cukup untuk mengelilingi Kepulauan Derawan, tapi lumayanlah, kali ini dapat 2 pulau, mudah-mudahan lain waktu bisa mengelilingi semuanya, amin...