Senin, 22 Agustus 2011

Wahai engkau gadis bersahaja


Aku tak tahu kapan tepatnya kenal dirimu. Tiba-tiba engkau datang dikehidupanku dan "menemani" hari- hariku.
Saat pertama bertemu, sebenarnya tidak ada sesuatu yang luar biasa. Aku melihatmu sebagai seorang gadis yang bersahaja, enak diajak ngobrol dan tampaknya gadis yang baik. Tidak ada obrolan istimewa saat itu, hanya ngobrol-ngobrol biasa saja. Namun, saat itu aku menilaimu bahwa engkau adalah gadis yang baik.
Sejak saat itu, kita sering berkomunikasi dan aku semakin mengenalmu. Dari rasa yang biasa saja menjadi sebuah kekaguman yang luar biasa. Engkau adalah gadis yang mandiri, berani dan penyayang keluarga. Ingin rasanya lebih lagi mengenal "siapakah gerangan dirimu?".
Komunikasi kita tidaklah putus meskipun dipisahkan oleh jarak dan waktu yang cukup jauh. Sebenarnya kita sempat kehilangan kontak ketika aku ditempatkan di "remote area". Tidak ada sinyal HP sama sekali. Namun hal itu tidak memutuskan komunikasi diantara kita.
Seiring berjalannya waktu, hubungan kita semakin "dekat", aku mulai mengenalmu, kelebihan dan kekuranganmu. Sebagai anak pertama, engkau memiliki sifat ingin menang, ego tinggi. kadang-kadang engkau juga cepat ngambek dan merajuk. Selain itu engkau juga manja (anak pertama kok manja sekali), juga sangat ingin diperhatikan sekali, dicuekin sedikit pasti ngambek. Dibalik sifat-sifatmu yang menyebalkan itu engkau adalah gadis yang hebat. Engkau adalah gadis yang mandiri, berani, bertanggungjawab, penyayang dan punya visi misi hidup yang luar biasa. Mempunyai mimpi-mimpi yang luar biasa pula. Ingin rasanya aku menjadi bagian dari proses dalam engkau mewujudkan mimpi-mimpimu.
Sejak kenal dirimu, hidupku jadi lebih berwarna. Mungkinkah dirimu yang dikirimkan Alloh untuk mndampingi hidupku? Itulah pertanyaan yang ada dibenakku ketika aku ingat dirimu. Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan. Itulah waktu yang telah kita lalui "bersama". Akhirnya aku menemukan jawaban dari pertanyaanku itu.
Dengan mengharap ridho Alloh dan restu kedua orang tua kita, akhirnya kukatakan kepadamu, " Maukah engkau menjadi ibu dari anak-anakku, menjadi pendamping hidupku disaat senang dan susah? Maukah engkau menjadi istriku?
(JK)