Lagi-lagi aksi kekerasan melanda negeri ini. Belum selesai dengan kasus kebrutalan sebagian mahasiswa dalam melakukan aksi, beberapa hari lalu timbul lagi kasus yang juga sangat disesali, yaitu kasus pemukulan anggota FPI kepada AKKBB. Sebenarnya kasus ini tidak perlu terjadi kalau semua pihak bisa menjaga diri. Semua sudah terjadi, nasi sudah menjadi bubur, yang dibutuhkan sekarang adalah mencari solusi agar masalah ini bisa selesai dan tidak menimbulkan masalah baru.
Selama ini FPI memang dikenal sebagai ormas yang terkenal keras terutama dalam memberantas kemaksiatan, begitu juga terhadap penodaan agama, salah satunya yaitu terhadap golongan Ahmadiyah yang pemerintah sangat lamban menangani masalah ini. Ahmadiyah sendiri merupakan golongan yang sudah di fatwa sesat oleh ulama Islam internasional. Fatwa ini bukan tanpa alasan, karena mereka menganngap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi setelah Nabi Muhammad, tentu saja ini sangat melukai hati umat Islam yang benar-benar ”peduli” terhadap agamanya. Pemerintah pun dinilai sangat lamban menangani kasus ahmadiyah ini. Surat keputusan bersama (SKB) 3 mentri yang dijanjikan selama ini tak kunjung dikeluarkan. Semalam dalam sebuah dialog seorang tokoh mengatakan bahwa hal ini memang ciri khas seorang SBY, yaitu lamban dalam menangani suatu kasus, mungkin karena ada tekanan dari berbagai pihak, salah satunya Amerika mungkin. Aku sendiri cuma tertawa mendengar pernyataan beliau, mungkin memang benar juga, he..he...
.
Akhirnya bom waktu yang dipasang benar-benar meledak, puncaknya terjadi pada hari minggu, i juni lalu. Di monas terjadi sebuah “penyerangan” massa yang sangat keras menentang ahmadiyah (FPI) terhadap massa yang dengan alasan kebebasan beragama,berkeyakinan & toleransi (AKKBB) membela mati-matian ahmadiyah yang sudah jelas-jelas menyimpang. Kedua pihak mengklaim dirinya lah yang paling benar, FPI mengatakan bahwa mereka terprofokasi oleh AKKBB. Sedangkan pihak AKKBB mengatakan dirinya tidak melakukan profokasi, sedang demo dengan damai tiba-tiba diserang FPI. Mana yang benar ? Allohu a’lam.
Kalau aku sendiri sih menilai ya kedua2nya salah. Kalau pihak AKKBB mau mengikuti anjuran polisi untuk tidak melakukan aksi di Monas dan FPI bisa menahan diri, kejadian ini mungkin tidak akan terjadi.
Mengenai organisasinya, keduanya aku juga kurang setuju. FPI terlalu keras dalam menegakkan kebenaran, sedangkan AKKBB terlalu sekuler. Tapi jujur, aku lebih tidak setuju terhadap yang kedua. Banyak alasan. Pertama,yang paling jelas yaitu mereka dengan alasan toleransi dan kebebasan beragama dan berkeyakinan membela ahmadiyah yang sudah jelas-jelas melakukan kesesatan dan penodaan agama. Terus pemikiran-pemikiran tokoh mereka, salah satunya Gus Dur yang nyleneh,sekuler, liberal,dsb. Trus masih banyak lagi yang lainnya.
Pemerintah, dalam hal ini SBY tentu saja mengecam keras tindakan FPI ini yang dinilai sangat brutal, kecaman yang berlebihan menurutku, karena bagaimanapun FPI adalah masyarakatnya juga, tapi dia mengecam layaknya seorang teroris atau penjahat perang. Masih dalam dialog yang sama seperti di atas, seorang tokoh lain kuranglebih mengatakan bahwa sebenarnya kasus ini kasus biasa, tapi terlalu dibesar-besarkan, mungkin karena ada tekanan dari “sang polisi dunia” amerika serikat. Amerika sendiri setelah kejadian itu kata beliau memberi keterangan pers yang mengecam kejadian tersebut. Memang apa hubungannya dengan mereka ? dirugikan kah mereka? Adakah mereka berkomentar terhadap ribuan korban di Irak, Afganistan, dll yang jelas-jelas itu perbuatan mereka? Katanya polisi dunia, dunia mana yang mereka lindungi ? dunia kriminal? Atau dunia setan?
Sudah menjadi rahasia umum kalau pemerintah selama ini memang “takut” pada amerika, jadi apa yang dikatakan amerika ya ngikut aja. Padahal, kalau pemerintah mau sedikit menganalisis, kejadian di Monas itu akar masalahnya adalah lamban dan kurang tegasnya pemerintah terhadap ahmadiyah. Nunggu apa lagi sih ? nunggu ada korban lagi? Au ah...
Pada hari berikutnya di berbagai daerah, berbagai ormas, terutama ormas yang berhubungan dengan Gusdur, yaitu NU & PKB melalui anak organisasinya seperti Garda Bangsa, GP Anshor, Pagar..... (aku lupa), pasukan berani mati, dll melakukan aksi menuntut pembubaran FPI. Mereka mendatangi markas FPI untuk menuntut (memaksa) agar ketua FPI setempat membubarkan diri, bahkan ada juga yang melakukan pengrusakan terhadap properti FPI. Mereka melakukan aksi dengan penuh semangat dan emosi sekali, karena selain mengecam aksi kekerasan yang dilakukan FPI, hal yang sangat tidak kalah pentingnya yaitu mereka membela “sang kiyai” mereka, yaitu Gus Dur. Mereka menilai kalau FPI telah melecehkan Gus Dur. Mereka akan melakukan apa saja untuk membela Gus Dur.
Menurutku hal ini sungguh ironis jika membandingkan dengan kasus ahmadiyah. Ketika ahmadiyah melakukan penistaan agama, agama Islam yang juga agama mereka, apa yang mereka lakukan ? dimana suara dan aksi mereka ? mengapa mereka tidak melakukan aksi mati-matian untuk membela Islam? Sungguh ironis dan sangat aneh. Mungkin mereka mengikuti “sang kiyai” yang dengan tegas membela ahmadiyah. Mengapa mereka lebih membela sang kiyai dari pada membela agama Islam yang dinodai? Aneh, aneh dan aneh. Selama ini memang sudah diketahui kalau sebgian besar warga NU & PKB sangat loyal terhadap Gus Dur, jadi apapun yang dilakukan dan dikatakan Gus Dur dianggap hal itulah yang paling benar. Sikap loyal yang sangat aneh dan salah kaprah menurutku.
Kembali pada masalah FPI & AKKBB. Seorang tokoh setengah bergurau mengatakan bahwa seharusnya ketua umum FPI, Habib Rizieq Syihab perlu mendapatkan penghargaan sebagai pahlawan, karena berhasil mengalihkan perhatian masyarakat dari kenaikan BBM kepada kasus Monas ini. Selain itu juga ada yang berpendapat kalau sebenarnya peristiwa ini merupakan rekayasa atau sudah dirancang pemerintah untuk sengaja agar fokus perhatian masyarakat tidak pada kenaikan bbm lagi, benarkah ? Allohu a’lam.
So, agar masalah ini cepat selesai dan tidak timbul masalah lainnya, pemerintah harus cepat bertindak dengan tegas untuk mengeluarkan SKB pelarangan ahmadiyah di indonesia. Jangan takut pada pihak yang membela ahmadiyah, seperti Gus Dur dan konco2 serta ormas2nya, trus amerika mungkin, dll. Serahkan masalah pada “ahlinya”. Masalah agama harus diserahkan pada yang mengerti dan paham agama, dalam hal ini InsyaAlloh MUI yang sudah mengeluarkan fatwa sesat hampir 30 tahun lalu. Jadi, jangan lamban bertindak lagi ya bapak-bapak yang ada di sono....
Trus bwt aparat penegak hukum, jangan cuma berani menagkap tokoh2 FPI dong, selidiki juga tokoh2 AKKBB siapapun mereka, jika ada indikasi profokasi atau tindakan melanggar lainnya,tangkap juga mereka, jangan takut...!!!
BAGAIMANAPUN KEBENARAN AKAN SELALU MENANG.... WAKTU YANG AKAN MEMBUKTIKANNYA....
Peace...!
Islam agama perdamaian, anti kekerasan.
Hidup Islam.....! Hidup Indonesia !
2 komentar:
Kenapa y skrg banyak sekali ormas yg mengatasnamakn dirinya adlah pembela agama yang paling benar,padal "mereka" tidak tahu cara yang mereka tempuh itu salah.Sebagai umat muslim, jujur saja saya merasa malu dan sedih.Islam adalah agama yang paling sempurna di muka bumi ini,agama yang mulia,yang menganjurkan setiap pemeluknya agar berbuat terhadap sesama makhluk Allah.Jangan kan sesama umat Islam, dengan agama lain saja kita wajib menghormati.Ahmadiyah jangan dilawan dengan kekerasan, ayo kita rangkul mereka kemabali. Lalu kita ajak mereka ke jalan yang lurus, mereka juga saudara kita.masalah Nabi itulah yang membuat mereka ke jalan yang sesat.
Damai itu indah, mari kita ciptakan perdamaian dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Orang yang paling baik di mata Allah adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain.
huhuhuhu...
yang gini-gini nih yang jelekin citra islam..
orang Islam kan pinter-pinter harusnya punya cara yang lebih Islam daripada nonjolin kekerasan..
Posting Komentar